Translation stands as a remarkable bridge that connects cultures, enabling global communication. It effectively dismantles language barriers, nurturing understanding, empathy, and unity. Through its influential power, it magnifies humanity’s shared knowledge, cultural treasures, and diverse viewpoints, ultimately fostering harmony in our interlinked world. Eka Kurniawan’s highly acclaimed contemporary masterpiece, Cantik Itu Luka (Beauty is a Wound), has been hailed as “one of the finest translated novels of the decade.” Garnering a spot on the long list for the International Booker Prize, his literary creations have reached readers in 30 different languages. John McGlynn, a prolific translator associated with the Lontar Foundation, has notably translated the works of Pramoedya Ananta Toer, while Dewi Kharisma Michellia, a versatile writer and translator, excels across multiple genres. These accomplished writers engage in a discussion about this intricate art with Pamela Allen.
Penerjemahan dapat menjadi jembatan luar biasa yang menghubungkan berbagai budaya, memungkinkan komunikasi global. Giat ini juga dengan efektif menanggalkan kendala bahasa, memupuk pemahaman, empati, dan persatuan. Kerja penerjemahan memiliki pengaruh yang tinggi terhadap upaya memperbesar pengetahuan bersama umat manusia, harta karun kebudayaan, dan sudut pandang beragam, yang pada ujungnya memupuk keselarasan dalam dunia tempat kita semua saling terhubung. Mahakaya kontemporer Eka Kurniawan yang mendapat pengakuan tinggi, Cantik itu Luka, dipuji sebagai “salah satu novel terjemahan paling baik dalam dasawarsa ini.” Mendapatkan tempat dalam daftar panjang International Booker Prize, ciptaan sastrawinya telah menjangkau pembaca dalam 30 bahasa berbeda. John McGlynn, penerjemah produktif yang terkait dengan Yayasan Lontar, dikenal karena telah menerjemahkan karya-karya Pramoedya Ananta Toer, sementara Dewi Kharisma Michellia, seorang penulis dan penerjemah serbabisa, cemerlang dalam berbagai genre. Para penulis berprestasi ini akan membahas carut-marut seni penerjemahan bersama Pamela Allen.