Dewi Anggraeni is an Indonesian lecturer in the Japanese Studies Program within the Faculty of Humanities at the University of Indonesia. She specializes in literature and postcolonial studies. In 2023, she authored a book of literary criticism titled Berayun di Antara Keberpihakan dan Autokritik (Anagram, 2023). Furthermore, Dewi Anggraeni contributed to the short story anthology Parade yang Tak Pernah Usai (Buku Mojok, 2022).Supported by the Manajemen Talenta Nasional.
Dewi Anggraeni adalah seorang dosen Indonesia untuk Program Kajian Jepang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Ia mengkhususkan diri pada kajian sastra dan pascakolonialisme. Pada 2023, ia menulis buku kritik sastra berjudul Berayun di Antara Keberpihakan dan Autokritik (Anagram, 2023). Lebih jauh lagi, Dewi Anggareni menyumbang tulisan ke kumpulan cerita pendek Parade yang Tak Pernah Usai (Buku Mojok, 2022).Didukung oleh Manajemen Talenta Nasional.
Join three Indonesian literary experts and writers who will take you on a captivating intellectual journey, exploring how literary works promote critical and reflective thinking. In this session, we will delve into how literature can question norms, explore different perspectives, and stimulate thought about relevant issues in our society.
Mari berbincang dengan tiga pakar sastra dan penulis Indonesia yang akan membawa Anda ke dalam sebuah perjalanan intelektual memukau, mempelajari bagaimana karya-karya sastra dapat meningkatkan kebiasaan berpikir kritis dan reflektif. Dalam sesi ini, kita akan menyelami bagaimana sastra dapat mempertanyakan norma-norma, mengkaji sudut pandang berbeda dan merangsang pemikiran tentang masalah-,masalah relevan dalam masyarakat kita.
Featuring
Dewi Anggraeni
Asep Subhan
Asep Subhan is an Indonesian writer, translator, and freelance editor. His latest novel is Yang Maya Yang Bercinta from 2021, and his poetry, short stories, and essays can be found in various online publications, including his personal website cepsubhankm.com. He received the 2nd Prize in the DKJ Literary Criticism Competition 2022 and the 2nd Prize in the Taufiq Ismail World Poetry Literary Criticism Competition 2023 for his literary criticism essays.
Supported by the Manajemen Talenta Nasional.
Asep Subhan adalah seorang penulis, penerjemah, dan editor lepasan berkebangsaan Indonesia. Novel terbarunya adalah Yang Maya Yang Bercinta dari 2021. Puisi, cerita pendek, dan esai-esainya juga dapat ditemukan di berbagai penerbitan daring, termasuk website pribadinya cepsubhankm.com. Ia menjadi Juara Kedua dalam Sayembara Kritik Sastra DKJ 2022 dan Juara Kedua dalam Sayembara Kritik Sastra 2023 untuk esai-esai kritik sastra yang ia tulis.
Didukung oleh Manajemen Talenta Nasional.
Sunlie Thomas Alexander
Sunlie Thomas Alexander is an Indonesian writer known for his short stories, essays, poetry, literary critiques, and contributions as a football commentator. He completed his studies in Theology-Philosophy at Sunan Kalijaga State Islamic University in Yogyakarta. Sunlie has also served as an artist in residence in Taiwan in 2016 and the Netherlands in 2018. His Chinese heritage and roots are significant themes explored in his literary works.
Sunlie Thomas Alexander adalah seorang penulis Indonesia yang dikenal dengan karya-karya cerpen, esai, puisi, kritik sastra, dan kontribusinya sebagai komentator sepak bola. Ia menyelesaikan studinya di bidang Teologi-Filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sunlie juga pernah menjadi seniman residensi di Taiwan pada tahun 2016 dan Belanda pada tahun 2018. Warisan dan akar Tionghoa merupakan tema penting yang dieksplorasi dalam karya-karya sastranya.